Securitynews.co.id, PALEMBANG ─ Sidang lanjutan kasus dugaan penipuan uang senilai Rp 95 juta, dengan imingi-iming memberikan tanah 2 hektar di wilayah Mata Merah Banyuasin kepada korbannya yakni Wakil Bupati Banyuasin H. Slamet Somosentono SH, terdakwa Sudadi (55), divonis hakim dengan hukuman pidana selama 2 (dua) tahun penjara.
Amar putusan yang dibacakan Majelis Hakim yang diketuai Hotnar Simarmata SH MH mengatakan, terdakwa bersalah terbukti melakukan perbuatan melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kata-kata bohong. Menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberikan utang maupun menghapuskan, perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 378 KUHP.
“Mengadili menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Sudadi, dengan pidana penjara selama 2 tahun, dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan, dengan perintah terdakwa tetap ditahan,” tegas Hotnar Simarmata, di ruang sidang Pengadilan Negeri Palembang Klas IA Khusus, Senin (10/02/2020).
Vonis hakim yang diberikan terhadap terdakwa tersebut ternyata lebih ringan 6 bulan dibandingan tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Ita Royani SH. Dimana pada persidangan sebelumnya JPU menuntut terdakwa dengan hukuman pidana 2 tahun dan 6 bulan (2,5 tahun) penjara.
Dalam persidangan sebelumnya, di hadapan Majelis Hakim yang diketuai Hotnar Simarmata, SH MH, Wabup H Slamet mengungkapkan, dugaan penipuan yang dilakukan terdakwa berawal pada bulan September 2014 silam.
“Saat itu terdakwa Wagiran bertemu dengan saya dan menawarkan kerja sama bahwa ada tanah desa di Desa Merah Mata Banyuasin sekitar 100 hektare dan meminta saya untuk memodali pembersihan lahan yang ditawarkan tersebut,” ungkap H Slamet, di persidangan Pengadilan Negeri Klas IA Khusus Sumsel, Senin (16/12/19).
H Slamet menambahkan, terdakwa Sudadi juga menawarkan setelah lahan tersebut dibersihkan maka terdakwa menjanjikan akan memberikan sebagian tanah tersebut sebanyak 10 kapling atau 2 hektare kepada H Slamet.
“Saya mengenal terdakwa hampir 20 tahun, jadi saya percaya saja yang ditawarkan oleh terdakwa dan memberikan sejumlah uang secara bertahap hingga jumlah Rp 95 juta. Untuk pembukaan atau pembersihan lahan,” jelasnya.
Masih menurut saksi korban Slamet, setelah uang tersebut diberikan kepada terdakwa lalu beberapa bulan kemudian saksi korban H Slamet menghubungi terdakwa guna menanyakan masalah tanah yang telah dijanjikan oleh terdakwa tersebut, akan tetapi terdakwa tidak kunjung memberikan tanah yang dijanjikan tersebut.
Merasa telah tertipu lalu saksi korban H Slamet meminta terdakwa untuk mengembalikan saja uang miliknya tersebut dan terdakwa berjanji untuk membayar dan kepada saksi korban, namun terdakwa meminta waktu. ”Akan tetapi hingga batas waktu yang dijanjikan terdakwa, tidak ada pengembalian uang,” beber H Slamet kepada hakim.
Laporan : Syarif
Editor/Posting : Imam Ghazali