Sertifikat Terbakar, Satpam Ini Urung Melamar di Bank

Securitynews.co.id, PALEMBANG − Di zaman sekarang mencari pekerjaan sangatlah sulit apalagi tidak ada keahlian di bidang apapun. Ini yang dirasakan salah seorang Satpam Perumahan Citra Lestari Indah, Herman Ar (58) warga Yuka deket Kantor Lurah Sukamaju Palembang. Bagaimana tidak, lantaran sertifikatnya terbakar pupus sudah harapannya ingin melamar kerja di bank.
Herman Ar mengatakan, pertama kali dirinya menjadi seorang Satpam dari tahun 1982, di Sumatera Shoping Centre, di sebelah Dika.

Dia pertama Ikut Diksar di Betung. ”Yang mendidik kami Brimob dari Polda, memang waktu itu sangat keras pendidikan kami, apalagi kami sama-sama pendidikan langsung dengan calon polisi, apa yang dilakukan polisi, kami mengikuti disuruh terjun dilumpur kami pun ikut terjun ke lumpur,” kenangnya.
Menurut Herman, selesai mengikuti pendidikan di Betung dirinya mendapatkan sertifikat karena pendidikan tersebut dibiayai oleh perusahaan di tempatnya bekerja apalagi biaya perorang dalam mengikuti pendidikan tersebut sebesar Rp. 4 juta lebih. “Sayang sertifikat saya yang ditanda tangani

Kapolda waktu itu, terbakar karena ditempat saya kerja saat itu terbakar, jadi sertifikat saya ikut terbakar, kalau tidak terbakar sudah pasti saya diterima kerja di bank, apalagi teman-teman saya satu angkatan yang di Bangka sudah bekerja di bank,” ungkapnya sedih.

Ditambahkan Herman pernah temannya menawarkan pekerjaan di Bangka dan pindah dari Palembang. “Saya katakan tidak bisa karena sertifikat saya dimakan api, lalu saya ditanya teman saya apa masih ada fotocopynya sertifikat saya itu, saya katakan tidak ada,” ulasnya.

Dijelaskan Herman, selain satpam teman satu angkatan juga polisi yang saat pendidikan di Betung, bertemu masih ingat dengan dirinya, sekarang ada tugas di Baturaja, ada yang di Martapura. “Ingat mereka-mereka itu sama saya dan menegur saya hei Pak apa kabar, teman itu mengingatkan kalau kami sama-sama pendidikan di Betung, waktu ketemu terakhir pangkatnya Bripka, kalau saya polisi mungkin sama saja pangkatnya,” ujarnya seraya berandai-andai.

Masih menurut Herman, setelah selesai tugas satpam di Sumatera Shoping Centre dirinya tidak memiliki sertifikat namun berkat jasa menjadi anggota Pemuda Panca Marga (PPM) ia bisa kerja lagi, dan meneruskan menjadi satpam di Sungai Balak tepatnya di Pabrik Gula, di daerah OKU Timur. Kenapa dikatakan Sungai Balak, karena waktu itu ada pertikaian antara suku Bali dan suku Komering, makanya disebut Sungai Balak.

“Untungnya saya mengatakan antara kedua belah pihak, baik suku Komering maupun Bali, saya disini hanya mencari makan, saya tidak ada kaitan dengan kedua belah pihak, makanya saya tidak diganggu. Bahkan saya ada bapak angkat dari Bali, Pak Wayan namanya yang memegang keamanan di daerah tersebut,” kata bapak dari empat anak ini.

Lanjut Herman, setelah kerja di Sungai Balak lalu hijrah lagi menjadi satpam diajak orang kerja di perumahan Bank BI, ketemu lagi dengan teman-temannya dari PPM. Dari kerja di BI pindah jadi satpam Citra Damai 1, karena banjir pemiliknya banyak pindah dan banyak dijual. “Jadi pengalaman kerja saya itu, dari Sumatera Shoping Centre sudah lupa saya kerja dari tahun berapa, tapi yang saya ingat itu sudah 3 kali kebakaran tempat kerja saya, di Sungai Balak di Pabrik Gula 2 tahun, Satpam Perumahan Bank BI 1 Tahun, Citra Damai 1 selama 1,5 tahun. Sedangkan tempat kerja saya sekarang ini yakni Citra Lestari Indah baru selama 3 bulan, jadi wajar saja kalau pakaian satpam pun belum saya diterima,” pungkas kakek dari 6 cucu ini.

Laporan : Syarif
Editor/Posting : Imam Ghazali

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar