Diduga Terbengkalai, Besi Behel di Area Embung Konservasi Kayuagung Membahayakan Masyarakat

Securitynews.co.id, KAYUAGUNG- Embung Konservasi Kayuagung yang berada di Kelurahan Cintaraja, Kecamatan Kayuagung yang dibangun pada tahun 2019 dan diresmikan pada tahun 2021 yang lalu dengan menelan dana APBN senilai lebih kurang Rp 30 miliar tersebut sepertinya tidak terurus alias terbengkalai dan bahkan besi pada coran yang berada di depan pintu masuk dan keluar area Embung Konservasi Kayuagung sudah keluar dari sarangnya alias dari dalam corannya hingga dapat membahayakan jiwa manusia.

Pantauan awak media ini dilapangan, terlihat besi behel berukuran 6-8 KS yang seharusnya berada dalam coran semen tersebut kini sudah keluar dan sangat membahayakan keselamatan masyarakat sekitar dan juga bagi pengendara motor dan mobil karena jarak besi behel yang keluar dari coran di area Embung Konservasi Kayuagung tersebut lebih kurang hanya 0,5 meter s.d 1 meter berada tepat di jalan negara di Jalan Lintas Timur Kayuagung OKI yang ramai akan pengendara baik pengendara R2 maupun R4 dan kendaraan lainnya.

Menurut masyarakat yang melintas, sebut saja Abu (45), kondisi ini sudah lama, namun belum ada pihak yang peduli dengan keadaan tersebut.

Begitu juga halnya dengan Lukman (38), ia sangat menyayangkan Embung Konservasi Kayuagung dibuat dengan dana yang begitu besarnya bahkan puluhan miliar.

Terutama bagi pariwisata belum begitu kelihatan geliatnya bahkan sepertinya tidak ada kegiatan di area embung konservasi tersebut alias sunyi sepi dan senyap, hanya terlihat geliatnya di saat pengerjaan proyek dan peresmiannya saja. ”Harapan kita tentunya Embung Konservasi Kayuagung dibuat selain sebagai solusi dari daerah rawan banjir, juga sebagai objek wisata betul-betul dapat berfungsi dan difungsikan sebagaimana dari perencanaan awalnya,” tegasnya.

Diketahui sebelumnya, Embung Konservasi Kayuagung diresmikan pada 20 Januari 2021 lalu oleh Bupati OKI Iskandar dan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII Birendrajana.

Pembangunan embung konservasi tersebut dilaksanakan dalam 2 tahap, yaitu pada tahun 2019 dan 2020 dengan biaya APBN sebesar lebih kurang Rp 30 miliar.

Embung Konservasi Kayu Agung memiliki luas genangan 1 hektar, dan volume tampung 4.00 m3. Embung konservasi Kayuagung sebagai tampungan air dapat menampung kelebihan air pada musim penghujan dan dimanfaatkan pada musim kemarau, sehingga menjamin keberlangsungan ketersediaan air,” kata Birendrajana, seperti dikutip Musiana Pedia melalui laman resmi www.sda.pu.go.id, pada Kamis, 20 Oktober 2021 beberapa waktu lalu.

Laporan : Aliaman
Editing : Imam Gazali

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *