Securitynews.co.id, PALEMBANG – Bekerja menjadi Satpam itu harus kuat dan berjiwa besar, karena Satpam selain bertugas mengatur menjaga keamanan wilayah atau lokasi di tempat dia bertugas, Satpam harus juga mengerjakan pekerjaan yang bukan menjadi tupoksinya.
Dedi Haryanto salah satu Satpam yang bertugas di Kampus Swasta di kawasan Jalan Jenderal Sudirman menyampaikan suka dukanya selama menjalani tugas sebagai seorang Satpam.
“Kalau sukanya itu kita satu tim kompak kalau ada masalah kita pecahkan bersama. Dukanya suka dianggap sebelah mata oleh pengusaha, oleh pimpinan perusahaan, oleh orang-orang yang tidak mengerti apa itu Satpam,” kata Dedi kepada media Securitynews.co.id, Rabu (13/11/2019).
Dedi menuturkan pekerjaan Satpam suka dicampuradukkan dengan pekerjaan umum. Padahal yang dia ketahui Satpam itu seharusnya melakukan kerja Turjawali, pengaturan penjagaan pengawalan dan patroli.
“Nah ini, kadang disuruh ngurus parkir, yang tidak sesuai itu kadang ngurusi bibit, segala macam. Kalau ngatur parkir okelah kita ngatur kan pengaturan. Kadang itu macam yang tidak rapi itu dibeneri harus kita sendiri, Satpam jadinya, itu dukanya, ya kadang dianggap orang apa kerja Satpam duduk-duduk saja, ngumpul-ngumpul, ngobrol-ngobrol, kadang jaga juga sendiri,” ungkapnya.
Dedi yang pernah bekerja di BUJP Satria ini meminta terutama kepada para pengguna jasa satpam (user) harus tahu bagaimana memposisikan Satpam itu sesuai dengan tugas dan kewenangannya sebagai Satuan Pengaman.
“Harus tahulah tugas Satpam, user-user itu harus tahulah yang mana, Satpam itu penjagaan pengawalan patroli. Pengawalan berarti kalau ada bos ok kita kawal, kalau jaga ya jaga, jangan disinisilah, jadi harus tahulah tugas Satpam itu ditaruh dimana seharusnya,” terangnya.
Selain itu mengenai kesejahteraan Dedi menyampaikan bahwa saat ini banyak teman-temannya yang masih mendapat potongan gaji dari BUJP tempat dia bekerja. “Kalo bisa Satpam itu potongan sih ok kita untuk BUJP kan, memang harus tapi jangan terlalu banyaklah dipotong itu,” ujar pria yang pernah bertugas menjaga beberapa perusahaan dan lembaga ini.
Dia juga mengungkapkan bahwa saat ini banyak kawan-kawannya itu yang belum ikut diksar karena mereka merasa biaya diksar itu terlalu tinggi.
“Biaya diksarnya, bisa 4-5 jutaan, kalau bisa kurangilah jangan sebesar itu kalau bisa 2-2,5 juta yang kira-kira terjangkau, lebih bagus lagi ada dorongan dari kepolisian, juga yang belum diksar dari perusahaan disosialisasikan oleh ownernya. Kalau bisa yang ini belum diksar, silahkan suruh diksar, dibiayai bila perlu atau mengadakan diksar sendiri,” harapnya.
Laporan : Sibawaihi
Editor/Posting : Imam Ghazali