Oleh: Titin Agustina (Aktivis Dakwah)
Gaza saat ini menjadi sorotan dunia. Begitu banyak kesedihan, kelaparan dan korban yang berjatuhan. Mulai dari orang dewasa, anak-anak, bahkan bayi yang tak berdosa, baik itu terluka bahkan terbunuh akibat serangan brutal dari tentara Israel.
Dengan keadaan tersebut, banyak bantuan kemanusiaan datang dari berbagai negara. Tak mau ketinggalan, para pemuda yang sering disebut Gen Z turut mengirimkan bantuan lewat jalur laut. Mereka mengirim bantuan berupa makanan, obat-obatan dan bantuan logistik lainnya lewat kapal Global Sumud Flotilla. Di tengah semangat yang menggebu-gebu Gen Z dan berbagai aktivis berlayar di laut yang sudah mendekati palestina. Namun tentara Israel mendatangi kapal-kapal kemanusiaan dan menangkap mereka dan menyandera aktivis tersebut.
Gelombang protes besar-besaran pun tak terelakkan seperti di Maroko pada tanggal 3 Oktober 2025 yang di pimpin oleh Gen Z 212 mereka menuntut agar pemerintah saat ini di bubarkan dan menyusul hak-hak sosial rakyat. Kompas. com, 4 Oktober 2025.
Kita turut mengapresiasi atas kepedulian yang luar biasa dari kalangan Gen Z yang memberikan materi bahkan tenaganya untuk bisa menolong saudaranya di Palestina. Namun sayangnya, pertolongan itu tidak bisa masuk seluruhnya menembus benteng yang sudah di buat oleh tentara Israel, dan ini bukti bahwa pertolongan itu harus dengan upaya penyatuan kekuatan dari kaum muslim untuk bersatu dalam membebaskan Palestina.
Penyelesaian konflik Palestina yang diusulkan oleh Barat yakni “Solusi dua negara” merupakan upaya palestina merdeka secara “negara” namun pada hakikatnya penjajah berusaha untuk menguasai secara ekonomi maupun politik. Maka apabila Palestina merdeka dari segi negara dan di akui oleh negara-negara lain maka sejatinya Palestina akan lebih mudah untuk dikuasai dan dijajah oleh Amerika Serikat beserta sekutunya Israel.
Hal ini sangat berbahaya bagi umat Islam, karena Palestina merupakan jantungnya peradaban Islam, baik dari sejarah, maupun tanahnya yaitu tempatnya para nabi dan rasul.
Amerika Serikat, PBB dan penguasa negeri muslim berupaya untuk mengajak seluruh negara-negara lain untuk dapat menyelesaikan konflik Palestina yang tak berkesudahan ini dengan solusi dua negara, dan mengakui keberadaan entitas yahudi Israel dan menyerahkan tanah kaum muslim untuk dibagi menjadi dua negara. Solusi dua negara sekilas adil namun itu merupakan “jebakan” yang akan merugikan masyarakat Palestina.
Genosida yang terjadi di Palestina tidak hanya mengancam jumlah jiwa di sana, namun Israel mengambil tanah-tanah, menanami kurma dan zaitun di ekspor ke berbagai negara atas nama Israel sebagai hak milik mereka. Palestina bagaikan seorang yang sudah tak bernyawa namun masih dihisap darahnya hingga tak tersisa setetes darah pun. Kekejaman Israel memang sudah di ambang batas manusia. Ironinya pemimpin-pemimpin kaum muslim pun hanya bisa mengecap, tanpa melakukan tindakan apapun.
Apakah kita harus di buat lupa dengan kekejaman tentara Israel yang merampas tanah palestina, membunuh rakyat sipil yang tak berdosa, melecehkan perempuan, dan pengusiran massal penduduk Palestina dari rumah mereka. Tentu saja kita tidak boleh mengambil solusi dua negara untuk menyelesaikan permasalahan Palestina. Israel yang sudah jelas sebagai penjajah dan perampok tanah kaum muslim Palestina justru yang harus diusir. Namun apabila ada muslim yang menyetujui solusi dua negara untuk menyelesaikan permasalahan palestina berarti dia telah berkhianat terhadap Allah, Rasulullah, dan muslimin Palestina.
Inilah buah dari diterapkannya sistem buatan manusia/Demokrasi, dan dari sinilah sekat nasionalisme ditumbuh kembangkan. Alhasil urusan Palestina bukan menjadi urusan kaum muslimin di duni, karena sudah mempunyai negara masing-masing.
Berbeda dengan sistem Islam. Kejayaan Islam pernah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. kemudian dilanjutkan oleh para sahabat. Di akhir kekuasan negara Islam/Khilafah Utsmaniyah, Sultan Abdul Hamid pernah dibujuk dan dimintai oleh yahudi Israel agar bisa membagi tanah palestina dan ditukar dengan uang dan emas.
Namun Sultan Abdul Hamid menolak dengan keras tidak akan memberikan tanah kaum muslim (palestina) walaupun hanya sejengkal dan beliau berkata “itu bukan tanahku tapi tanah kaum muslim yang sampai hari kiamat pun tidak bisa dimiliki oleh siapapun”. Itulah sampai sekarang yahudi Israel berambisi untuk bisa menguasai seluruh tanah palestina.
Oleh karena itu, untuk membebaskan Palestina harus secara revolusioner. Islam punya solusi yang hakiki untuk membebaskan penindasan dan kezaliman yang dialami Palestina, yaitu dengan jihad dan khilafah. Sebagaimana dalam firman Allah SWT: “Persiapkanlah untuk menghadapi mereka (musuh) apa yang kamu mampu, berupa kekuatan yang kamu miliki dan pasukan berkuda. Dan dengan (persiapan itu) kamu dapat membuat gentar musuh Allah, musuh kamu dan orang-orang selain mereka “(QS.Al- Anfal : 60).
Rasulullah SAW juga secara spesifik memerintahkan jihad melawan Yahudi Israel dalam sabda beliau, “Kalian memerangi orang-orang Yahudi hingga mereka berlarian dan bersembunyi di balik pepohonan dan bebatuan.” (HR Bukhari dan Muslim)
Hanya dengan sistem Islam kaum muslimin dapat bersatu dan menyatukan kekuatan baik dari segi tentara, alat-alat perang dalam satu komando pemimpin Islam dan menyuarakan jihad Akbar untuk menghentikan kekejaman Israel yang selama ini bercokol di tanah palestina.
Maka dari itu kaum muslim harus bersatu merapatkan barisan untuk menyatukan visi dan misi dalam dakwah untuk menyerukan Islam ketengah umat sehingga banyak kaum muslimin sadar akan pentingnya Islam dalam sistem kehidupan hari ini. Wallahualam bissawab.