Oleh : Nina Fanindra
Sebagai orang tua tentu menginginkan anak-anaknya menjadi keturunan yang bermanfaat baik untuk keluarga maupun orang di sekitarnya. Seperti di dalam hadist riwayat Bukhari yaitu “sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain”.
Kalau kita lihat era saat ini kondisi generasi muda atau istilahnya gen Z, dibandingkan generasi muda pendahulu. Pada masa dahulu para pemuda memiliki potensi yang luar biasa hebat, sifat-sifat yang diajarkan orang tua, menjadikan anak-anaknya sukses dalam segala bidang. Seperti Mohamad Al Fatih pada usia muda sudah menjadi panglima perang, memimpin puluhan ribu pasukan dalam menaklukkan kota konstantinopel. Hal ini tentu tidak lepas dari peran orang tua yang mendidik dan juga guru agama. Bekal ilmu agama yang diajarkan sejak dini menjadi pondasi utama dalam melakukan berbagai aktivitas.
Jika kita melihat generasi muda saat ini, mereka cenderung kepada dunia digital. Mereka berorientasi pada dunia maya Saja. Padahal di usia produktivitas ini harusnya menjadikan para generasi memiliki potensi yang luar biasa. Menghasilkan karya-karya yang bermanfaat bagi orang lain. Menciptakan ide-ide yang cemerlang untuk kemajuan dirinya baik untuk agama, bangsa dan negara. Tetapi sebaliknya, para generasi muda justru terjerat oleh keasyikan dengan konten-konten yang ada di dunia Maya.
Detik.com. Jakarta – Generasi Z dikenal sebagai generasi yang paling dekat dengan teknologi dan media sosial. Mereka tumbuh dalam era digital yang memberikan kebebasan berekspresi tanpa batas. Melalui berbagai platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter, mereka dapat menampilkan identitas, minat, serta pandangan hidup mereka secara luas. Namun, di balik kebebasan ini, muncul pertanyaan besar: apakah mereka benar-benar bebas atau justru semakin terjebak dalam tekanan sosial yang diciptakan oleh media sosial itu sendiri?
Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun media sosial memberikan ruang untuk berekspresi, realitasnya sering berbeda bagi Gen Z. Media sosial bukan hanya tempat untuk berekspresi, tetapi juga arena persaingan yang tak terlihat. Standar kecantikan yang nyaris sempurna, gaya hidup mewah yang dipertontonkan, serta tuntutan untuk selalu tampil menarik sukses menciptakan tekanan yang luar biasa bagi Gen Z.
Kondisi seperti ini tidak akan menjadikan suatu negara bisa maju, jika para generasinya tidak kreatif. Tidak mempunyai orientasi masa depan bahkan untuk memimpin peradaban sekalipun. Mereka sudah dikenalkan gadget sejak usia dini. Diberikan hiburan berupa tontonan yang isinya hanya membuat racun di otaknya. Tayangan yang muncul beragam, mulai dari hiburan yang tidak bermanfaat. Sampai iklan yang menggiurkan, jika dikonsumsi setiap hari selama berjam-jam, maka akan memberikan dampak yang buruk.
Ruang digital saat ini tidaklah netral karena didominasi oleh sekuler kapitalistik. Tayangan-tayangan yang disajikan menjauhkan generasi dari agama. Menjadikan anak-anak memiliki problem mental yang beragam. Mulai dari stress, tidak mempunyai daya kreatifitas, bahkan ada yang terkena korban bullying dan konten dewasa. Sungguh pilu melihat generasi penerus yang mudah tergerus arus sekuler.
Pentingnya peran orang tua, masyarakat dan negara untuk meminimalisir hal tersebut. Karena jika tidak dilakukan akan memperparah kondisi masa depan bangsa dan negara. Islam memiliki solusi yang dapat membentuk kepribadian Islam seorang anak. Seperti menanamkan akidah sejak dini. mengetahui jati diri yang sebenarnya bahwasanya manusia diciptakan oleh Allah dan akan kembali kepada Allah Sang Maha Pencipta. Apabila akidah telah tertancap kuat maka ibarat akar pohon yang kuat ia tidak akan mudah diterpa angin kencang bahkan badai yang kuat sekalipun.
Islam akan mengarahkan para generasi kepada tuntunan agama. Seperti melakukan pembinaan secara intensif. Bukan mengikuti arus sekuler kapitalis yang melakukan penyimpangan atau kemaksiatan. Islam akan menuntun para generasi untuk mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah. Jika potensi generasi Islam ditopang dengan konsep Islam, maka akan menghasilkan generasi-generasi seperti pada masa rasulullah dan para sahabat. Menjadikan generasi-generasi tangguh dan memiliki visi yang berlandaskan Islam secara kaffah. Membangkitkan pemikiran sesuai fitrah sebagai manusia. Saatnya generasi muda menegakkan Islam yang menyeru kepada kebenaran yaitu Islam kaffah. Wallahu’alam.








