Palestina Butuh Solusi Nyata, Tentara Islam Sangat Dinanti

Oleh : Eci Anggraini, Pendidik Palembang

Situasi di Jalur Gaza semakin memburuk setelah sinyal internet dan jaringan telekomunikasi kembali terputus total pada Kamis (18/9/2025).Pemadaman akses internet ini bukan sekadar masalah teknis, melainkan konsekuensi langsung dari strategi militer Israel yang menargetkan infrastruktur penting, termasuk jalur komunikasi utama.

Terlebih pemadaman terjadi bertepatan dengan masuknya tank-tank Israel ke jantung Kota Gaza, memperkuat dugaan bahwa serangan ke jaringan telekomunikasi dilakukan bersamaan dengan manuver darat.Menurut pernyataan resmi Perusahaan Telekomunikasi Palestina (Paltel), layanan telekomunikasi lumpuh akibat pengeboman terhadap rute jaringan inti.

Bagi warga sipil, dampaknya sangat besar. Pemadaman internet dan telepon membuat keluarga terpisah tanpa kabar, lembaga kemanusiaan kesulitan memantau korban, dan rumah sakit terhambat berkoordinasi dalam mengevakuasi pasien.Banyak warga bahkan terpaksa mencari sinyal lemah lewat e-SIM di tempat tinggi untuk sekadar mengirim pesan darurat, menambah kepanikan warga, sekaligus menjadi pertanda operasi darat Israel bakal meningkat.

Miris, di tengah serangan Israel yang menghancurkan wilayah Gaza, dunia diam seribu bahasa. PBB hanya mengecam. Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) hanya bisa mendesak Zion*s Israel untuk mengikuti perintah pengadilan tinggi PBB agar mencegah genosida di Gaza. Yordania juga hanya mengecam. Negara Arab dan muslim lainnya malah bungkam, (Tribun News.com, Jumat, 19/09/2025).

Ham*s menyatakan bahwa diamnya dunia Arab dan komunitas internasional menjadikan Zion*s Israel terus melakukan kejahatan perang dan pembantaian terhadap warga Palestina. Hamas meminta dunia Arab dan Islam, PBB, dan badan-badan internasional lainnya untuk menghentikan “holocaust” yang dilakukan oleh “Nazi baru” (Israel).

Sungguh bungkamnya Arab dan dunia Islam merupakan pengkhianatan luar biasa terhadap saudara kita sesama muslim di Palestina. Sedangkan Allah Swt. telah berfirman di dalam QS Al-Hujurat ayat 10, “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.“

Namun, para penguasa muslim telah “buta, tuli, dan bisu” sehingga tidak menjawab seruan permintaan tolong dari anak-anak Palestina yang terluka, kelaparan, dan kehilangan keluarganya. Tangan dan kaki para penguasa muslim telah dibelenggu oleh nasionalisme sehingga tidak merasa urusan Palestina sebagai urusan mereka, sebaliknya malah menyibukkan diri dengan urusan internal negaranya. Nasionalisme telah menghalangi para penguasa muslim untuk bergerak nyata membela Palestina dengan mengerahkan militer untuk jihad fisabilillah.

Tidak hanya menjangkiti para penguasa, nasionalisme juga mengubah mafahim, maqayis, dan qanaat (persepsi, standar, dan ketundukan) umat Islam sehingga sebagian dari mereka tidak peduli terhadap penderitaan yang dialami saudara sesama muslim di Palestina. Hal ini tampak salah satunya pada penyelenggaraan konser musik Tamer Hosny pada Jumat (18-10-2024) di Alexandria, Mesir yang dihadiri ratusan ribu muslim, padahal di dekatnya ada saudaranya, yaitu muslim Palestina sedang meregang nyawa. Sungguh, nasionalisme telah mematikan hati nurani mereka.

Sejatinya, nasionalisme tidak berasal dari Islam dan bertentangan dengan Islam. Rasulullah saw. bersabda, “Bukan dari golongan kami orang-orang yang menyeru kepada asabiah (nasionalisme/sukuisme), orang yang berperang karena asabiah, dan orang-orang yang mati karena asabiah.” (HR Abu Dawud). Oleh karenanya, umat Islam harus berlepas diri dari ide nasionalisme dan memandang persoalan Palestina sebagai persoalan bersama umat Islam.

Dibutuhkan aktivitas jihad untuk merebut tanah Palestina tersebut. Juga pengiriman bantuan militer dari negeri-negeri muslim, terutama yang lokasinya terdekat. Sayang, yang terjadi malah sebaliknya. Negeri-negeri muslim menormalisasi hubungan dengan entitas Zion*s Yahudi. Ini tentu saja mengkhianati persaudaraan seakidah dengan warga muslim Palestina.

Status tanah Palestina adalah tanah kharajiyah yang menjadi milik kaum muslim hingga hari kiamat. Untuk itu, sungguh tidak layak tanah Palestina dikuasai kafir penjajah. Miris, para pemimpin negeri muslim malah menyetujui solusi dua negara bagi Palestina. Ini adalah pengkhianatan terhadap kewajiban menjaga Palestina sebagai tanah milik kaum muslim.

Melihat kondisi Gaza maupun Palestina seluruhnya, kaum muslim tidak bisa mengharapkan solusi dari dunia internasional. Mereka hanya sibuk mengecam dan sebatas mengirimkan bantuan, tanpa ada satu pun yang bersedia mengirimkan bantuan tentara untuk melawan entitas Zion*s Yahudi.

Para pemimpin negeri muslim pun nyatanya hanya menjadikan isu Palestina sekadar pencitraan sebagai topeng untuk menunjukkan empati pada Palestina. Namun, mereka menyetujui solusi dua negara untuk Palestina. Ini menunjukkan bahwa keberpihakan mereka tidak tulus untuk kemaslahatan tanah para Nabi itu karena solusi tersebut adalah arahan Barat. Pantaslah jika perang ideologi di Palestina hingga kini tidak kunjung usai.

Kaum muslim harus sadar bahwa keadilan bagi Palestina maupun kaumu muslim di seluruh dunia mustahil diperoleh dari sistem kapitalisme yang memang lahir dari rahim musuh-musuh Islam. Terlebih, sistem kapitalisme inilah yang telah memberikan jalan pada penjajah Zion*s untuk membantai anak-anak Gaza.

Ini sebagaimana firman Allah Taala, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rida kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).’ Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS Al-Baqarah [2]: 120).

Oleh sebab itu, kaum muslim harus punya agenda sendiri, yakni dengan menyatukan pemikiran dan perasaan seluruh dunia Islam. Juga membangkitkan pemikiran dan kebutuhan mereka akan penerapan syariat Islam kafah melalui cita-cita tegaknya Khilafah.

Selanjutnya, kebangkitan ideologi Islam―yang semula masih tertidur dalam diri umat―akan menggerakkan pemuda-pemuda terkhusus di Timur Tengah untuk bangkit melawan rezim di negeri mereka masing-masing agar bergerak mengirimkan tentara ke Palestina untuk membebaskan wilayah tersebut dari pendudukan kafir penjajah Zion*s Yahudi.

Agenda besar ini jangan sampai dibajak oleh Barat yang malah akan memperburuk kondisi kaum muslim, baik di Palestina maupun di seluruh dunia. Sungguh, aktivitas membangkitkan umat ini hanya bisa dilakukan oleh partai politik Islam ideologis. Partai tersebut akan memimpin umat serta melakukan pembinaan kepada para pemuda dengan tsaqafah Islam dan pemahaman Islam politik sehingga menjadikan mereka sebagai sosok-sosok yang berkepribadian Islam dengan memiliki pola pikir (akliah) dan pola sikap (nafsiah) Islam. Semua itu sebagai bekal untuk melahirkan kader-kader dakwah mumpuni dalam rangka mengantarkan umat menuju perubahan hakiki.

Para pemuda kader dakwah itu harus menuntut tegaknya Khilafah. Mereka juga akan mengangkat seorang khalifah untuk memimpin kaum muslim dalam membebaskan Palestina. Khilafah akan berperan menjadi junnah (perisai) bagi umat. Tidak hanya anak-anak Palestina yang bisa dibebaskan dari konflik dan penjajahan di negerinya, tetapi juga anak-anak di negeri-negeri muslim lain seperti Sudan, Lebanon, Myanmar, Suriah, dan Yaman. Wallahualam bissawab.

mgid.com, 522927, DIRECT, d4c29acad76ce94f google.com, pub-2441454515104767, DIRECT, f08c47fec0942fa0