Securitynews.co.id, PALEMBANG − Tidak banyak orang dapat mengemban amanah dengan meneruskan jejak karier sang ayah, namun pria kelahiran Palembang berdarah Manado Sulawesi Utara ini, adalah Andi Fedinand Tulango (48) warga Gang Jaya Rt.19 RW.04 KM 12. Berbekal Sertifikat Diksarmil Resimen Mahasiswa maka tercapailah cita-citanya menjadi seorang satpam.
Menurut Andi FT, Awal karier sebagai satpam dimulai dari tahun 2000, waktu itu pendidikan satpam di tahun 2000 belum terkenal seperti sekarang ini. Waktu itu dirinya masih kuliah di Universitas Taman Siswa, dari di situ ia mengikuti ekstrakulikuler yaitu Resimen Mahasiswa. Dari Resimen Mahasiswa itu ada pendidikan dasar militer namanya Diksarmil itu yang wajib untuk mahasiswa, hingga mendapat sertifikat dan dari sanalah awal kerja jadi satpam.
Dia menuturkan, melamar kerja itu berdasarkan pengalaman Pendidikan Dasar Militer (Diksarmil), awal kerja itu United Traktor dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2009. Kurang puas dengan kerjaan itu, karena memang gajinya diaucourcing (sifatnya individu perusahaan) walaupun permanen, tapi ada kawan yang mengajak lagi. Kemudian dirinya Kerja di Bank BNI cabang Lunjuk Bukit, dan mendapat tugas Jaga Malam (Jamal). Setelah setahun kerja ditempatkan di bagian pelayanan. Tidak jaga malam lagi, masuk kerja seperti karyawan biasa, jadi mulai masuk pukul 07.00 WIB pulang sekitar pukul 15.00 s/d 16.00 WIB, 8 jam kerja. Sampai dengan tahun 2013.
“Nah sudah enak kerja di situ, saya mengajukan penerimaan dalam, ketika sudah mendaftar namun saat itu orang tua saya sedang mengalami sakit-sakitan, kebetulan ayah saya itu Kepala Satpam di 16 Ilir Palembang, namanya Edi Tulango Purnawirawan TNI Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) yang kebetulan beliau menjabat sebagai KSPSI Serikat Pekerja di Palembang. Jadi beliau meminta saya yang meneruskan karirnya, karena saya kebetulan sudah ada pendidikan, yah mau tidak mau saya harus melanjutkan perintah panglima tertinggi saya,” ucap putra Purnawirawan ini.
Karena bertepatan ayahnya sakit, Andi melanjutkan, ia jadi mengurungkan niatnya kerja jadi orang dalam di Bank BNI tersebut, hingga Andi menggantikan tugas sang ayah menjadi satpam di 16, kerja selama 4 tahun, ditahun 2017 akhirnya ia mengundurkan diri kerja disana. Karena ada permasalahan keluarga.
“Sempat menganggur 1 tahun kemudian saya mengajukan lamaran kerja sebagai satpam di Rumah Sakit Bersalin Ibu dan Anak Rika Amelia, tidak berdasarkan auccoucing namun menerima secara langsung dari pihak rumah sakit. Hingga sampai sekarang saya kerja di sini, sekitar 3 tahun,” terang Andi.
Disoal mengenai dampak Covid-19 terhadap RSBIA Rika Amelia sendiri, dia menjelaskan untuk dampak Covid-19 sendiri biasanya berkurang pasien di suatu rumah sakit namun untuk rumah sakit bersalin ini justru pasiennya semakin bertambah, seperti rumah sakit lain yang menangani khusus Covid orang sudah mulai beralih dan mencari rumah sakit di pinggiran, karena alasan takut Covid.
“Tapi walaupun pinggiran kita tetap menggunakan SOP kesehatan, yang sudah instruksikan oleh protokoler kesehatan, SOP tetap berjalan, seperti pasien yang baru masuk dari rujukan dokter atau bukan dari rujukan dokter, atau yang berhubungan dengan IGD misalnya pasien alami kecelakaan, itu tidak kita tindak langsung. Namun ada tahap pemeriksaan awal misalnya temp dulu, lalu diberikan pertanyaan, dari mana apakah dari zona merah, lalu kita lakukan rafid test, dan dimasukkan ke ruang isolasi dulu,” ungkapnya.
Ditambahkannya, kalau memang ada dampaknya ke Covid-19, pihaknya langsung memberikan rujukan ke rumah sakit yang benar-benar menangani Covid. Dan setiap hari juga di sini menyemprotkan disinfektan, dan cuci tangan dengan hand sanitizer yang sudah disiapkan.
Laporan : Syarif
Editor/Posting : Imam Ghazali