Islam Lebih Memprioritaskan Keseimbangan Alam

Oleh: Qomariah (Aktivis Muslimah)

Akibat keserakahan tangan-tangan manusia, mengakibatkan kelestarian lingkungan menjadi rusak, sehingga rawan menimbulkan bencana alam.

Badan penanggulangan bencana Daerah (BPBD) provinsi Bali mengungkap jumlah korban meninggal akibat bencana banjir di Bali, bertambah. Pada (Jumat, 12/9/2025), jumlah korban meninggal tercatat 18 orang, dan 5 masih hilang.

Sebelumnya, kepala BNPB suharyanto telah meninjau dua lokasi pengungsian warga terdampak banjir di Denpasar Bali. (Kamis, 11/9/2025) Dalam kegiatan itu, suharyanto mengungkap kondisi terkini pasca banjir yang terjadi sejak (Rabu,10/9/2025), MetroTv (12/9/2025).

Kawasan-kawasan yang diterjang banjir merupakan daerah aliran sungai Badung di Denpasar, kawasan ini sangat padat dengan bangunan yang mepet ke sungai. Bahkan, sebagian bangunan melebihi garis tanggul sungai.

Banjir besar yang menerjang Bali tersebut, diduga karena derasnya alih fungsi lahan. Sejak Bali mengembangkan industri pariwisata alih fungsi lahan terus terjadi pada sawah, subak, dan hutan dengan mengubahnya menjadi bangunan hotel villa, cottage, dan penginapan.

Dalam 20 tahun terakhir, jumlah akomodasi wisata melonjak dua kali lipat. Di mana dua pilihan antara pariwisata atau menjaga lingkungan, dalam hal ini negara plin-plan dalam menangani masalah tersebut. Meski banjir melanda, pariwisata tetap diupayakan berjalan normal tanpa hambatan. Ini mengidentifikasikan bahwa pembangunan kapitalistik mengabaikan kelestarian lingkungan. Bahwa kepentingan ekonomi lebih diutamakan daripada memelihara lingkungan dalam jangka panjang.

Banyak hal yang menyebabkannya seperti, penggundulan hutan untuk pembangunan infrastruktur pariwisata, mengurangi ruang terbuka hijau, sehingga mengancam keanekaragaman hayati lokal. Serta eksploitasi sumber daya alam tanpa rencana tata ruang wilayah yang baik, memperburuk dampak lingkungan dan membuat Bali rentan terhadap perubahan iklim. Rencana tata ruang wilayah pun seolah-olah hanya formalitas.

Bahkan tumpukan sampah yang tidak dikelola dengan benar hanya akan menjadi bom waktu pada masa depan, pencemaran lingkungan semakin tidak terkendali seiring gencarnya proyek pariwisata. Bahkan bencana tidak menyurutkan langkah pemerintah untuk terus mengenjot pariwisata.

Pemerintah seakan-akan tidak mau rugi, justru aktivitas pariwisata terus berjalan normal pasca banjir besar. Pernyataan ini seolah-olah memberi kesan bahwa banjir tidak menjadi persoalan, yang penting jumlah wisatawan tidak berkurang dan aman, negara tampak lebih mementingkan dampak ekonomi banjir daripada dampak bagi masyarakat dan lingkungan. Ini semua akibat dari keserakahan kapitalisme. Yang menjadikan hutan tidak lagi berfungsi sebagai pemelihara dan penyerap air, tetapi beralih fungsi menjadi hutan produksi.

Kelalaian dan pengabaian terhadap kelestarian ekologi adalah bukti nyata bahwa pembangunan kapitalistik membawa bencana bagi manusia, alam, dan makhluk hidup di sekitarnya. Untuk apa pembangunan dan pemasukan besar jika ujungnya hanya merusak keseimbangan alam dan berakibat fatal bagi umat manusia.

Hanya sistem Islam yang memiliki panduan dalam menjaga lingkungan. Bahwa dalam sistem Islam merusak alam dan lingkungan merupakan perbuatan yang dilarang.

Allah SWT berfirman,”dan apabila ia berpaling (dari kamu) Ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.”(QS.al-Baqarah:205).

Bahwa Allah tidak menyukai kebinasaan dan kerusakan seperti air, hutan, dan sungai adalah milik umum, bukan objek⁷ komersialisasi.

Allah SWT berfirman,”telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia.(Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”(QS.ar- Rum: 41).

Hanya Islamlah yang memiliki panduan khusus dalam penanganan bencana yang harus dilakukan secara fundamental. yaitu, dengan tindakan preventif (kebijakan yang ramah lingkungan demi kemaslahatan umat menurut syariat Islam) dan kuratif (jika terjadi bencana, Khilafah akan melakukan evakuasi secepatnya, dan lain-lain demi untuk kemaslahatan umat).

Sistem Islam juga tidak menjadikan pariwisata sebagai sumber utama pemasukan negara, dalam Islam sumber anggaran banyak dan beragam, tidak hanya bergantung pada pariwisata saja. Pengelolaan dilakukan oleh Baitul mal, terdiri dari fa’i, ganimah, Anfal, Kharaj, Jizyah, pemasukan dari hak milik umum dengan berbagai macam bentuknya, pemasukan dari hak milik negara usyur, khumus, rikaz, tambang, serta harta zakat, hanya negara Khilafah lah Yang lebih memprioritaskan kemaslahatan umat manusia, Insya Allah.

Wallahu a’lam bishawab.

 

mgid.com, 522927, DIRECT, d4c29acad76ce94f google.com, pub-2441454515104767, DIRECT, f08c47fec0942fa0