Securitynews.co.id, PALEMBANG- Suasana Masjid Al Ghazali yang ada di bilangan Jalan Srijaya Negara Palembang Sabtu pagi sekitar pukul 10.00 WIB tampak beda dari biasanya. Kaum muslim-muslimah khususnya dari kaum milenial mahasiswa Unsri berbondong-bondong memadati ruangan masjid. Guna mendengarkan tausyiah dai terkenal dari tanah Pak-Pak Papua, Ustadz Fadlan Garamatan.
Nuansa agamis kian terasa kental, saat ratusan ibu-ibu pengajian berseragam hijau ditambah aneka hijab warna-warni mahasiswi Unsri pun turut memenuhi saf-saf masjid lainnya. ”Alhamdulillah hari ini kita kedatangan Bapak Ustadz, Dai Nasional, Bapak Ustadz Fadlan Garamatan. Terima kasih Masjid Al Ghazali menjadi bagian dakwah keliling di daratan Sumsel ini. Kami mohon kiranya, Bapak Ustadz dapat membekali para generasi muda, khususnya para mahasiswa Unsri agar lebih memiliki karakter bangsa yang agamis. Baik antarsesama, kepada dosen, maupun kepada masyarakat secara umum,” ujar Rektor Unsri diwakili Pembantu Rektor III Iwan Setiabudi dalam sambutannya sekaligus membuka acara tausyiah usai pembacaan kitab suci Al Quran oleh Ustadz Junaidi.
Sementara itu, Ustadz Fadlan Garamatan (51) dalam isi ceramahnya mengajak umat Islam di Indonesia untuk berdakwah. Sehingga dengan dakwah itu akan tumbuh karakter bangsa yang mumpuni sebagaimana yang diharapkan. ”Kita ini hidup di Bumi Indonesia yang memiliki jumlah kaum muslim terbesar di dunia yakni dengan jumlah 235 juta kaum muslim. Terbesar di dunia juga dalam hal jumlah pondok pesantren yakni mencapai 32.000 ponpes. Terbanyak dalam jumlah masjid yakni 800.000 masjid, 16.000 majelis, dan terbesar di dunia dalam hal jumlah ormas Islam yakni mencapai 12.000 ormas,” jelas Fadlan dalam membuka tausyiahnya.
Tapi meski demikian potensi yang dimiliki, tapi ternyata hingga kini 34 % kaum muslim Indonesia masih buta aksara Al Quran. ”Mengapa ini bisa terjadi, ya karena kita kurang berdakwah pada lingkungan sekitar kita. Mari, mulai sekarang kita berdakwah dari Masjid Al Ghazali ini hingga ke seluruh penjuru Indonesia. Dakwah bukan hanya tugas ulama, tapi kewajiban semua kaum muslim di Indonesia,” tegas pria berjenggot lebat kelahiran 17 Mei 1969 di Patipi, Fak Fak tersebut.
Selain itu, Fadlan juga menyinggung masih banyaknya kaum muslim yang menjadikan shalat sebagai suatu kewajiban, bukan sebagai kebutuhan. ”Sehingga dengan menjadikan shalat sebagai kewajiban dapat menjadikannya suatu beban. Harusnya shalat itu adalah kebutuhan sehingga kita dapat menikmatinya,” tegasnya.
Selain itu, Fadlan Garamatan juga menceritakan pengalaman dan suka-dukanya saat mengislamkan 3.712 warga Papua yang dibantu jemaahnya serta TNI Angkatan Laut hingga Presiden Soeharto membangun 28 Masjid di 28 kampung yang ada di Papua (dulu masih bernama Irian Jaya, red). Bahkan tahun itu juga Presiden Soeharto pun menghajikan 75 mualaf Papua.
Usai tausyiah dan doa oleh Ustadz Fadlan ini, di akhir acara Ketua Masjid Al Ghazali Unsri H. Imron Zahri melalui Pembantu Rektor III Iwan Setiabudi menyerahkan bantuan dari jemaah masjid dan keluarga besar Unsri sebesar Rp 25 juta lebih kepada Ustadz Fadlan guna membantu dakwahnya di ranah Papua dan mendirikan pesantren di sana.
Laporan/Posting : Imam Ghazali