‎Anak Muda Korban Krisis Tenaga Kerja Global Kapitalisme Gagal Mewujudkan Kesejahteraan

‎Oleh: Nina Fa

‎‎Pura-pura kerja. Ya, ini yang sedang terjadi di sebuah negara yang mengedepankan sistem kapitalisme sebagai sistem yang dianggap dapat membawa kesuksesan bagi sebuah negara. Tidak hanya di Indonesia, di Negara maju seperti Cina, baru-baru ini kita melihat tren para anak muda di sana menjadi korban krisis tenaga kerja. Tidak sedikit anak muda lulusan dari sekolah menengah kejuruan maupun perguruan tinggi, yang tidak langsung memperoleh pekerjaan setelah menyelesaikan pendidikannya. Padahal Cina memiliki perusahaan-perusahaan besar yang membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak untuk memproduksi barang-barang tidak hanya untuk dalam negeri tetapi di ekspor ke luar negeri.

Mengapa hal ini bisa terjadi?

‎‎Jakarta, CNBC Indonesia- Dunia, saat ini dibayangi masalah serius di sektor ketenagakerjaan. Sejumlah negara besar melaporkan lonjakan angka pengangguran. Dimana situasi ini menunjukkan rapuhnya pemulihan ekonomi global, di tengah tekanan inflasi, perlambatan pertumbuhan, hingga ketidakpastian politik.

‎‎Kondisi ini tak hanya menekan daya beli masyarakat, tapi juga membawa dampak sosial dan politik yang luas. Ketika kesempatan kerja semakin terbatas, ketidakstabilan di berbagai negara bisa saja terpicu (30/08/2025).

‎‎Fenomena yang dialami kaum muda saat ini tidak hanya berkecimpung masalah pendidikan saja. Tetapi akan kemana setelah menamatkan pendidikan. Alih punya alih, di negara China saat ini sedang tren tentang anak muda yang memposting diri mereka yang sedang berada di dalam sebuah ruang kerja. Seolah-olah mereka sedang bekerja di sebuah perusahaan. Padahal mereka hanya menyewa sebuah ruangan yang diisi dengan peralatan kantor seadanya. Tetapi mereka tidak sedang bekerja.

‎‎Kita melihat bahwasanya badai PHK dimana-mana khusunya Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa sistem kapitalisme tidak dapat memberikan solusi atas apa yang menimpa kaum muda saat ini, selain gagal mewujudkan kesejahteraan, kapitalisme juga gagal menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka. Padahal usia mereka sangat produktif. Tidak sedikit dari lulusan sekolah menengah atau perguruan tinggi yang mempunyai bakat yang sangat luar biasa. Sistem kapitalisme hanya menguntungkan bagi segelintir orang saja. Mereka menghalalkan praktik nepotisme, dimana yang diterima di perusahaan swasta atau di pemerintahan hanya orang dalam seperti keluarga dekat saja. Tentu saja hal ini menimbulkan ketimpangan sosial di antara warga kalangan atas, menengah dan bawah. Mereka yang tidak memiliki cukup modal untuk melobi orang dalam, maka akan tersingkir dari ribuan orang yang melamar pekerjaan.

‎‎Upaya pemerintah dalam membuka job fair tidak juga memberikan solusi. Daftar pelamar pekerja lebih besar dibandingkan dengan jumlah perusahaan yang membuka lapangan pekerjaan. Selama sistem kapitalisme masih mendominasi dunia, maka masalah pengangguran tidak akan selesai.

‎‎Berbeda dengan sistem Islam yang telah terbukti selama 1300 tahun, memimpin sepertiga dunia. Islam tidak hanya menaungi umat muslim tetapi juga non-muslim. Islam memberikan kesejahteraan bagi seluruh umat. Mulai dari aspek ekonomi, kesehatan, sosial/pergaulan, pendidikan, pemerintahan dan juga sanksi/uqubat. Islam tidak akan membiarkan kesenjangan terjadi di muka bumi. Adanya kesenjangan antara orang kaya dan miskin. Semua warganya berhak mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak.

‎‎Berbagai cara yang dilakukan pemimpin berlandaskan syariat Islam agar rakyatnya hidup sejahtera, mulai dengan memberikan pendidikan yang bermutu dan gratis, memberikan gaji yang layak dan pantas untuk kesejahteraan para guru, sehingga guru benar-benar fokus untuk mencerdaskan umat. Membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya, memberikan modal bagi yang ingin membuka usaha tanpa adanya pengembalian yang berlipat-lipat. Pengolahan tambang yang tenaga kerjanya direkrut dari warga sekitar.

‎‎Islam tidak hanya memberikan pekerjaan atau modal kepada para pemuda, tetapi juga memberikan edukasi bahwasanya bekerja mencari nafkah merupakan suatu kewajiban bagi laki-laki yang sudah baligh. Laki-laki tidak boleh malas hanya mengandalkan harta orang tua saja, tetapi mereka harus bekerja untuk keperluan dirinya sendiri dan keluarganya nanti. Pernah ada kisah di zaman Khalifah Umar bin Khattab. Para pemuda hanya berdiam diri di dalam masjid melakukan ritual ibadah saja tanpa melakukan adanya usaha untuk mendapatkan rezeki, dengan alasan rezeki datangnya dari Allah subhanahu wa ta’ala. padahal Islam tidak mengajarkan demikian. Selain tawakal kepada Allah tentu saja harus ada usaha dari manusianya itu sendiri. Tidak serta merta rezeki akan jatuh dari langit.

‎‎Pengelolan sumber daya alam akan dilakukan oleh negara untuk kepentingan dan kemakmuran umat, bukan hanya untuk segelintir orang saja. Dengan menerapkan sistem Islam secara kaffah (menyeluruh), maka akan tercipta kondisi yang adil bagi seluruh umat. Yaitu dengan menerapkan syari’at yang datangnya dari Allah. Tidak akan terjadi ketimpangan sosial antar umat. Semua warga berhak mendapatkan pekerjaan dan upah yang layak. Untuk itu, sebagai umat muslim kita wajib menegakkan syariat Islam di atas muka bumi ini agar apa yang kita lakukan mendapatkan ridho dari Allah subhanahu wa ta’ala. ‎‎Wallahu’alam.

mgid.com, 522927, DIRECT, d4c29acad76ce94f google.com, pub-2441454515104767, DIRECT, f08c47fec0942fa0