Securitynews.co.id, PALEMBANG- Perjalanan Wisata sekitar 40 wartawan yang tergabung dalam Wartawan 789 menuju Desa Burai Kecamatan Tanjung Batu Ogan Ilir sungguh menyenangkan, Kamis (15/5/25). Apalagi, perjalanan menyisiri Sungai Kelekar yang start dari Dermaga Desa Talang Pangeran melewati belasan desa (di antaranya Desa Suka Merindu, Talang Aur, Muara Penimbung, Tanjung Seteko, dan Tanjung Baru) sekitar 5 jam perjalanan hingga finish di Desa Burai, semua peserta tampak sehat dan yang pasti terhindar dari ancaman monster sungai yang mengerikan, yakni buaya!
Apa ada buaya di Sungai Kelekar ini? ‘’Ada Pak. Buaya datangan dan buaya penunggu yang sekali-sekali akan muncul. Tidak membahayakan tapi cukup mengancam dan menakutkan,’’ ujar Pak Rizal yang menjadi nakhoda ketek kami di Perahu 4 dalam penyisiran yang cukup melelahkan, jenuh, dan cukup lama itu.
Kehidupan monster buaya di Sungai Kelekar itu tampak benar adanya. Sebab selain arusnya yang cukup tenang, juga banyak semak kiri-kanan serta rerumputan yang menutupi pinggir-kanan sepanjang sungai. Hal itu amat menunjang habitat dan ekosistem makhluk buas tersebut.
Tapi pernah Pak Rizal ada yang dimangsa buaya warga sini? ‘’Setahu saya belum ada. Tapi kalau saya atau warga lainnya yang melihat buaya memang ada. Tapi itu biasanya buaya penunggu sungai ini. Kalau pun ada buaya liar dan buas, itu sifatnya datangan. Dan warga sini pun cepat menghindar dari sungai,’’ tegas Rizal warga setempat yang selain tukang ketek juga hobi memancing demi menambah penghasilan keluarga.
Suara perbincangan saya dengan Rizal ini pun kurang jelas terdengar karena suara mesin yang besar dan bising agak kurang nyaman untuk melanjutkan obrolan. Tapi cukup menghibur karena perjalanan kami menuju Desa Burai cukup menjenuhkan. Untunglah ada Ema rekan 789 yang cukup banyak membawa snack hingga kami yang tergabung di Perahu 4 (Seno, Atika, Ida Syahrul, Sarono, dan Saryanto) tidak begitu kelaparan dan kehausan.
Sekilas potensi yang ada di sekitar Sungai Kelekar yang terpantau cukuplah menjanjikan. Sebab masih banyak lahan kosong yang jika diolah dengan baik akan menjadi lumbung padi, atau paling tidak diberdayakan sehingga dapat bermanfaat bagi warga bahkan bisa menjadi income daerah daripada terbengkalai menjadi lahan tidur dan ‘’sarang buaya’’.
Perjalanan menyisir Sungai Kelekar ini memang penuh ‘’beragam cerita suka-duka’’ yang tetap menjadi kenangan indah, menyenangkan, menjenuhkan, dan cukup menyakitkan. Tapi Alhamdulillah, kami semua sehat dan selamat serta terhindar dari buaya, aamiin.
Laporan/Posting : Imam Gazali