Securitynews.co.id, PALEMBANG- Hari Raya Idul Adha menjadi momentum dalam upaya meningkatkan kualitas ketahanan pangan di dalam negeri.
Pemanfaatan dan pendistribusian daging qurban menjadi salah satu alternatif bahan makanan yang nantinya bisa dioptimalkan menjadi sebuah produk yang bisa membantu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat khususnya di tengah krisisnya ancaman pangan akibat wabah Covid-19.
Menurut Global Food Security Indeks (GFSI) 2019 Asia-pasific Ranking Kamis (23/07/2020), dalam hal indeks dan keberagaman pangan, Indonesia menempati peringkat ke-12 dari 23 negara di Asia Pasifik. Peringkat tersebut tentunya bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan, jika melihat keberagaman Indonesia yang begitu kaya dan beraneka ragam.
Rendahnya peringkat Indonesia diakibatkan dengan adanya beberapa indikator yang masih belum mencapai titik maksimal. Indikator tersebut di antaranya keanekaragaman makanan, kualitas protein, dan ketersediaan makanan.
Sambung Sulaiman Branch Manager Rumah Zakat Sumatera Selatan, tentang Covid-19, bukan hanya membahas soal virus dan kesehatan. Lebih jauh dalam jangka waktu panjang keberadaan wabah ini tentu bisa mengancam kehidupan dengan semakin menipisnya ketersediaan pangan yang ada.
Mengapa demikian? Seperti kita ketahui, Covid-19 membuat aspek ekonomi di seluruh dunia menurun drastis. Hal tersebut tentunya berdampak terhadap daya beli masyarakat yang kian menurun.
“Penurunan daya beli tidak diimbangi dengan peningkatan kebutuhan akan berdampak terhadap timbulnya kesenjangan dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup. Hal inilah yang kemudian akan sangat dirasakan oleh masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah,” ujarnya.
Menurutnya, tidak hanya itu, selama Pandemi Covid-19 tingkat konsumsi masyakarat juga semakin meningkat. Selama pandemi, sekitar 65,8 % masyarakat Indonesia mengalami peningkatan konsumsi terutama dalam hal kebutuhan listrik, bahan makanan, serta produk kesehatan.
“Tingginya angka konsumsi masyarakat Indonesia tidak serta merta membuat kualitas makanan yang mereka konsumsi sesuai dengan kebutuhan kadar gizi. Faktanya, Sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah ikan/udang/cumi/kerrang. Sementara, daging yang notabene mengandung protein hewani dan vitamin B12, memiliki tingkat konsumsi yang sangat rendah,” tegasnya.
Lalu mengapa bisa seperti itu? Kata Dia secara tidak langsung, rendahnya kualitas protein yang dikonsumsi tentu saja membuktikan bahwa tingkat pengeluaran masyarakat juga rendah. Hal ini tentu saja menjadi perhatian penting bahwa harus segera dilakukan proses pemerataan distribusi bahan makanan yang mengandung protein untuk memperbaiki kualitas ketahanan pangan di masyarakat.
“Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) menyebutkan bahwa konsumsi daging tahun 2020 diperkirakan mengalami penurunan sebesar 2,8 persen. Pemberian makanan yang mengandung protein tentunya akan berdampak terhadap pemenuhan gizi di masyarakat,” paparnya.
Di tengah ancaman terganggunya ketahanan pangan nasional dan perubahan pola konsumsi di masa pandemi, daging qurban yang dihasilkan dari momen Idul Adha diharapkan mampu menjadi alternatif penyediaan pangan yang berkualitas, beragam dan dapat didistribusikan secara merata.
“Karena itulah, Superqurban dan Desaku Berqurban bisa menjadi solusi dan alternative untuk menghadapi ancaman ketahanan pangan nasional dan pemerataan distribusi pangan yang lebih beragam dan berkualitas bagi masyarakat,” tandasnya.
Laporan : Dewi
Editor/Posting : Imam Ghazali