Dikriminalisasi Pejabat Publik, Aktivis Beraksi

Securitynews.co.id, PALEMBANG- Simpati rekan aktivis yang kesekian kalinya akibat di kriminalisasi oleh pejabat publik yang tidak mau dikritik kembali beraksi. Hal ini dilakukan sebagai wujud kebersamaan aktivis Sumsel, apabila satu disakiti maka aktivis lainnya ikut tersakiti.

Hal tersebut diutarakan Koordinator Aksi, Ruben Alkatri usai menggelar orasi bersama rekan aktivis lainnya, di Bundaran Air Mancur Masjid Agung Palembang, Jumat (7/2/2020).

Aksi ini akan dilanjutkan di Mapolda Sumsel, mempertanyakan dan melaporkan langsung kepada Kapolda Sumsel terkait kriminalisasi terhadap aktivis, terutama Rubi yang dilaporkan pihak eks Direktur RSMH.

Menurut informasi, kriminalitas aktivis Sumsel dilakukan sudah beberapa kali, seperti kejadian Kabupaten Muratara dan Pali, sehingga menjadi dampak buruk bagi presidium Aktivis Sumsel Bersatu (ASB) dan Aktivis Lintas Sumsel (ALS), karena banyak generasi muda yang bakal meneruskan pergerakan aktivis untuk mengkritik pemerintah.

“Saya rasa ini kemunduran pejabat publik yang tidak mau dikritik. Seperti orator rekan aktivis menyampaikan apabila pejabat publik tidak mau dikritik, jangan menjadi pejabat publik, lebih baik berdagang saja,” ucapnya.

Untuk langkah-langkahnya, Ruben menjelaskan akan terus melawan kriminalitas terhadap aksi aktivis Sumsel kepada pejabat publik yang tidak mau dikritik. “Sesuai peraturan undang-undang konstitusi, menyuarakan pendapat di depan umum itu dilindungi oleh undang-undang. Maksudnya, aktivis tidak bisa dilaporkan karena mereka mempunyai hak untuk mengkritik pejabat,” katanya.

Di tempat yang sama, Presedium Aktivis Sumsel Bersatu (PASB), Rudi Pangaribuan dalam orasinya menyampaikan sepakat dalam perlawanan keras terhadap kriminalisasi aktivis Sumsel. Kapan pun waktunya akan terus membela dan menyuarakan kebenaran yang coba-coba membungkam serta mengkriminalisasi.

Bukankah hukum tertinggi dibuat untuk keselamatan dan kesejahteraan rakyat serta dibuat untuk mengantarkan rakyatnya menuju cita-cita yang didambakan. “Keberadaan rekan aktivis sebagai barisan pelopor terdepan dalam perdampingan pembelaan terhadap hak-hak rakyat yang dirampas. Rakyat bersatu tidak bisa dikalahkan. Yakinlah apabila bersatu, hari esok adalah milik rakyat,” ungkapnya.

Laporan : Mita
Editor/Posting : Imam Ghazali

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *